Selasa, 07 September 2010

PROFIL KABUPATEN ENDE



a. V i s i
Kabupaten Ende mempunyai Visi untuk kurun waktu 2009 s/d 2014 ,yaitu :

MEWUJUDKAN MASYARAKAT ENDE LIO PAWE SARE ”.

Untuk mewujudkan Visi pembangunan Kabupaten Ende, maka ditetapkan suatu Misi .
b. M i s i
  1. Meningkatkan kualitas dengan umat beragama
  2. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan rakyat
  3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
  4. Meningkatkan perekonomian rakyat
  5. Meningkatkan stabilitas kehidupan rakyat
  6. Menumbuhkembangkan budaya local untuk mendukung pariwisata
  7. Meningkatkan ketersediaan infrasruktur pedesaan yang memadai
  8. Meningkatkan pembangunan infrastruktur dengan memperhatikan lingkungan hidup

Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terdiri dari wilayah Ende daratan dan P. Ende. Wilayah Ende daratan, mempunyai wilayah seluas 205.502 ha, terdiri dari 12 Kecamatan, yaitu: Nangapanda, Ende, Ende Selatan, Ndona, Wolowaru, Wolojito, Lio Timur, Maurole, Kotabaru, Detusoko, Wewaria, dan Maukaro. Secara astronomis terletak pada koordinat antara 121o24’50” - 122o01’30” Bujur Timur (Greenwich) dan 08o54’58” - 08o26’58” Lintang Selatan.
Jumlah penduduk Kabupaten Ende tahun 2002 sebanyak 240.675 jiwa atau 52.440 Kepala Keluarga (KK). Sebanyak 36.612 KK diantaranya tergolong miskin dengan nilai indeks gabungan sebesar 4,25, sehingga Kabupaten Ende termasuk kabupaten yang MENDAPAT program peningkatan pendapatan petani miskin melalui inovasi (PFI3P).
Sarana prasarana secara makro telah memadai, terdapat 2 (dua) jalur Trans Flores yang menghubungkan antara Labuhan Bajo di ujung barat dan Larantuka di ujung timur P. Flores, tetapi secara mikro sarana prasarana di luar jalur tersebut umumnya kurang memadai. Kondisi jalan sebagian besar kurang baik/rusak dan berbatu. Disamping itu masih terdapat perkampungan terisolir.
Kondisi iklim sebagian besar tergolong kering dengan rata-rata jumlah curah hujan tahunan 1.508-2.750 mm. Daerah sekitar pantai tergolong zone agroklimat E, dengan periode kering > ;5 bulan dan bulan basah <3 bulan atau diperkirakan dapat ditanami (growing period) selama 3-4 bulan. Wilayah sampai dengan radius + 20 km dari garis pantai atau pada ketinggian <700 m dpl, terjadi defisit air sebesar 508-521 mm pada bulan April-Oktober (7 bulan). Sedangkan pada wilayah > ;700 m dpl terjadi defisit air bulan Juli-September (3 bulan) sebesar 183 mm. Disamping itu terdapat wilayah beriklim basah dengan zona agroklimat B2, seperti sekitar Detusoko dan Kelimutu. Untuk menggambarkan permasalahan air dalam tanah dapat didekati dengan kelembapan tanah yang juga digunakan dalam pengkelasan tanah.
Grup landform yang dijumpai terdiri dari: aluvial, marin, fluvio-marin, volkanik, dan tektonik/struktural. Grup aluvial seluas 14.711 ha (7,16%), penyebarannya di sekitar jalur aliran sungai dan pelembahan, digunakan untuk persawahan. Grup marin seluas 1.135 ha (0,55%), terdapat di pesisir pantai. Grup fluvio-marin penyebarannya di muara sungai besar, seluas 1.754 ha (0,85%), sebagian besar digunakan untuk persawahan. Grup volkanik mendominasi daerah penelitian, seluas 148.920 ha (72,47%), berupa hutan, perkebunan, kebun campuran, semak belukar, rumput, tegalan, dan sebagian persawahan. Sedangkan grup tektonik/ struktural penyebarannya seluas 38.940 ha (18,95%) dengan penggunaan lahan berupa hutan, perkebunan, kebun campuran, semak belukar, rumput, dan tegalan.
Bentang alam umumnya berupa perbukitan dan pegunungan. Bagian tengah merupakan deretan pegunungan dengan kelerengan curam sampai sangat curam (lereng > ;30%). Relief datar sampai agak datar dijumpai pada wilayah pelembahan alur sungai atau dataran aluvial yang telah digunakan untuk persawahan.
Iklim merupakan faktor pembentuk tanah yang dominan. Iklim kering dengan curah hujan rendah menyebabkan proses penguapan (evapotranspirasi) tinggi sedangkan proses pencucian hara kurang intensif, sehingga terjadi akumulasi basa-basa tanah dan reaksi tanah (pH) agak masam sampai netral. Tanah-tanah yang dijumpai adalah ordo Mollisols mempunyai penyebaran terluas, disusul oleh Ordo Inceptisols, Entisols, Alfisols, dan Andisols.
Lahan di Kabupaten Ende sebagian besar (66,64%) mempunyai kendala dalam pengelolaan, yaitu berupa lahan agak salin (0,85%), lahan berbatu (50,25%), dan lahan sangat berbatu (15,54%).
Penggunaan lahan saat ini (present landuse) di Kabupaten Ende dikelompokan menjadi 9 satuan, yaitu: sawah (3.426 ha), tegalan (11.765 ha), kebun campuran (14.613 ha), perkebunan (11.011 ha, semak belukar (109.750 ha), rumput (19.035 ha), rawa (349 ha), dan hutan (35.510 ha).
Penduduk Kabupaten Ende hingga akhir tahun 2008 berjumlah tercatat 259.394 259.394 jiwa.

Jumat, 27 Agustus 2010

Danau Kelimutu (Danau 3 Warna) Salah Satu Objek Wisata Yang Ada Di Kabupaten Ende


Danau Kelimutu yang terletak di puncak Gunung Kelimutu ini masuk dalam rangkaian Taman Nasional Kelimutu. Danau ini berada di ketinggian 1.631 meter dari permukaan laut. Beberapa flora yang dapat ditemui di sekitar danau antara lain Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus sp.)

Danau Kelimutu mempunyai tiga kubangan raksasa. Masing-masing kubangan mempunyai warna air yang selalu berubah tiap tahunnya. Air di salah satu tiga kubangan berwarna merah dan dapat menjadi hijau tua serta merah hati; di kubangan lainnya berwarna hijau tua menjadi hijau muda; dan di kubangan ketiga berwarna coklat kehitaman menjadi biru langit.

Secara adminitratif, Danau Kelimutu berada pada 3 kecamatan, yakni Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona, ketiganya berada di bawah naungan Kabupaten Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Setiba di Ende, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum berupa mini bus, menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Dari Desa Koanara menuju Puncak Danau Kelimutu, wisatawan harus berjalan sepanjang 2,5 km.

Hingga bulan Februari 2008, dilaporkan bahwa pada hari biasa, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 3000, namun pada akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 5000.

Karena menjadi salah satu objek wisata andalan bagi pemerintah setempat, maka akomodasi di sekitar danau cukup diperhatikan. Terdapat pondok jaga, shelter berteduh untuk pengunjung, MCK, kapasitas lahan parkir yang mampu menampung sekitar 20 mobil, serta beberapa losmen kecil bagi para wisatawan yang hendak menginap

Menurut saya pribadi, Karena keunikannya itu ( memiliki tiga warna ) danau kelimutu sering menjadi perhatian wisatawan asing, dan tentunya keunikan dari danau kelimutu ini, harus mampu dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah kabupaten ende, guna menciptakan kehidupan masyarakat kabupaten ende yang sejahtera.
Dengan menciptakan danau kelimutu sebagai daerah pariwisata dengan fasilitas yang memadai, tentunya akan membuat wisatawan asing maupun lokal, menjadi lebih tertarik untuk mengumjungi danau kelimutu, karena faktor kelengkapan fasilitas dan kemudahan akses akan sangat diperhatikan oleh wisatawan asing maupun lokal untuk berkunjung di suatu daerah wisata.
selain itu dengan menyiapkan fasilitas yang memadai di daerah wisata danau kelimutu, pemerintah juga dapat menciptakan lapangan kerja yang baru bagi masyarakat.